Lecet di tangan dan berdarah
Tergores sisik-sisik bambu runcing
Senjata penuh angan dan amarah
Maju ku terus saat dengar peluru berdesing
Menembus tubuh lemah
Ia memancarkan darah
Mengalir deras
Jatuh ke tanah
Sebuah cita seakan sirna
Kala pandang mulai kabur
Tubuh lemah ini tersungkur
Walau satu tugas belum tuntas
Ku tak lagi kuasa berdiri
Malaikat berjubah hitam sudah hadir
Padahal perjuangan belum berakhir
Ku ingin tetap berlari
Satu peluru kembali melubangi tubuh
Maka ku tak lagi mampu menahan rubuh
Impianku kini luluh
Semangatku terbasuh peluh
Gelap
Desing peluru
Rusuh riuh seru merdeka
Mengiringi tidurku terlelap
Jakarta, 23 Oktober 2003, 04.00
Ignas Praditya
No comments:
Post a Comment