Saturday, October 27, 2007

Jejak Jejak Jejak

Jejak Jejak Jejak

Masih aku menoleh ke belakang
Tidak dapat aku lepaskan kenangan
Tidak lihat tapak jalan di depan kujelang
Masih aku terantuk batu tercebur genangan

Tak jera menjadi bodoh aku ini
Berlari kembali ke belakang
Lihat telusuri jejak jejak jejak pernah kita yakini
Bersama berdampingan diiringi sebuah tembang

Indah indah indah dalam memori
Tentang cinta kita pernah saling beri
Juga tentang pedih dan peri
Lalu aku lepas dan berlari

Dan jejakmu menghilang
Jejak jejak jejak menghilang
Mau menangis
Menangis

25/11/2004

Nostalgia

Nostalgia

The wind...
Blows......
Flows.........
Slowly but surely...........

They blow me
The dust
Away
From nowhere
To Nowhere else

Am I really...
Accept by others
As
Dust?

Or

Am I
Even not recognized by others
As nothing
At all ?

The wind always blows
The dust always blown
So am I
Still forgotten

Thursday, January 9th 2003
(Satu-satunya puisi periode 2003-2004 yang tersisa di internet. Sisanya waktu itu di-post di Forum Orenjonion dan Forum Cybernovel-Aestera yang kini telah menghilang.)

Selamat pagi, Jakarta

Selamat pagi, Jakarta

Apa kabarnya hari ini?
Ah, seperti biasa, seperti biasa ya?
Sibuk, seperti biasa ya?
Ramainya hari ini
Seperti biasa ya?
Seperti biasa
Macet ya?
Ya kamu tahu sendiri Jakarta lah!
Di mana sih tidak macet?
Masalahnya sibuk atau tidak?
Macet itu kan sibuk?
Hmm sibuk?
Hmm sibuk…
Sibuk ya?
Ramai juga ini macet.
Ah, selamat pagi, Jakarta!
Dengar suara-suara tukang roti?
Roti! Roti!
Atau tenonenonet! Suara melodi soundtrack roti?
Itu sibuk juga, Jakarta!
Sibuk?
Hmm sibuk!
Oh iya, saya sedang naik motor
Kamu dengar suara tabrakan dan caci maki pengemudi?
Wah, sibuk!
Ramai dan sibuk!
Macet!
Untung saya naik motor, salip…
Eh cewek cakep!!
Wah sibuk…
Wah asap juga sibuk!
Debu sama sibuk
Bergotong royong, Jakarta!
Debu dan asap dan debu dan deru!
Mereka sibuk juga!
Gotong royong di seluruh Jakarta!
Wah, kasihan manusia, ya?
Saling sibuk pula
Kok ada yang menyeret-nyeret kaki di pingir jalan, Jakarta?
Manusia memang sibuk ya?
Menyodorkan kaleng berkarat ke sana-sini
Begitu bisa juga sibuk ternyata
Jalan-jalan pagi
Hmm, mata saya tiba-tiba jadi tajam!
Saya bisa lihat Plumbum dan Karbonmonoksida seliweran di hidung manusia
Kasihan…
Oh iya, saya lupa menyapa Tuhan
Sibuk tidak ya?
Saya juga sibuk, Jakarta
Jakarta sibuk ya?
Mau dengar saya tidak?
Jakarta?
Halo, Jakarta?

TET TET TET TET TET!!!
DIN DIN!!!
NIT NIT!!!
BRAK!!!
CIT!!

Hujan…

30/8/04

tak kuasa

tak kuasa aku ketikkan baris-baris sanjak
torehan ini rintihan batin
tak terobati
sulit kupercaya ku hidup dalam kutub hati yang terus membeku
seakan lupakan matahari gelap dan semakin dingin
padahal air itu tiada kan mengalir
waktu pun membeku
sang waktu terpatri dalam getar tubuhku yang terselimuti kabut
terus makin dingin
makin beku
dan air itu tiada pernah kan mengalir

2/6/04
masih teringat akan jejak langkah yg kita tempuh bersama-sama
harus ya mengalami ini?

Menatap Pancaran Kembang Api Di Angkasa

Menatap Pancaran Kembang Api Di Angkasa

Kala rembulan menyepi di langit
Dengan tiada bintang menemani
Sebuah ungkapan sayang yang kunyatakan
Memancar elok di angkasa

Aku memberimu kembang berwarnawarni
Kuluncurkan lurus menuju angkasa
Gantikan bintang menemanimu di sana
Dan sebagai hadiah yang tak ternilai

Di samping aku merangkulnya
Menemaninya menikmati kembang api
Nyata aku terpana bukan pada kini
Namun pada masa yang telah lalu

Pandanganku menerawang jauh
Jauh menembus waktu
Dulu aku menikmati ini dengan adikku
Kataku sambil menatap rembulan

Sambil aku berharap adikku pun melihat
Di samping sang rembulan
Ia berkata lirih lembut
Sekarang pun kamu menikmatinya bersama adikmu

Tersenyum aku menatapnya
Tatapannya penuh arti
Hangat menyelimuti hati
Ku belai lembut kepalanya

Berharap adikku di sana
Mendapatkan belaian yang sama
Wahai rembulan temani ia
Seperti engkau menemaniku lewatnya

LBI F/18
30/09/07

Orang Gila

Orang Gila

Apa mau dikata?
Mereka tidak tahu apa-apa.
Hanya asing yang dapat mereka pikirkan.

Orang,
Asing.

Rumah,
Asing.

Binatang,
Asing.

Tuhan,
Asingkah?

Ignas Praditya
Senin, 25 Juni 2001
14.10

menangis semalam

semalam sedih aku menangis mengingatmu

kau pernah torehkan cinta dalam hidupku

kemarin perih aku berjalan di jejak langkahmu

kau pernah goreskan kenangan manis dalam langkahku

tadi sepi aku melihat bintang-bintang

kau pernah menghapus bintang-bintang oleh rindumu


aku tetap tidak bisa mencairkan aspal
atau membuat glukosa
atau menyatukan tiga oksigen

semua ini mimpi
nyata dalam mimpi
buruk

dan aku tidak bisa berdiri lagi
tiada yang datang memapahku
aku pun tiada pinta

aku menangis
di pinggir jurang paling hitam
di hatiku yang kembali kau bekukan

2/6/04
kamar yg sepi, teringat kenangan.
buruk

Dalam Satu Angan

Lecet di tangan dan berdarah
Tergores sisik-sisik bambu runcing
Senjata penuh angan dan amarah
Maju ku terus saat dengar peluru berdesing

Menembus tubuh lemah
Ia memancarkan darah
Mengalir deras
Jatuh ke tanah

Sebuah cita seakan sirna
Kala pandang mulai kabur
Tubuh lemah ini tersungkur
Walau satu tugas belum tuntas

Ku tak lagi kuasa berdiri
Malaikat berjubah hitam sudah hadir
Padahal perjuangan belum berakhir
Ku ingin tetap berlari

Satu peluru kembali melubangi tubuh
Maka ku tak lagi mampu menahan rubuh
Impianku kini luluh
Semangatku terbasuh peluh

Gelap
Desing peluru
Rusuh riuh seru merdeka
Mengiringi tidurku terlelap


Jakarta, 23 Oktober 2003, 04.00
Ignas Praditya

Aku Ingin Kembali

Aku Ingin Kembali

Aku ingin kita kembali
Di masa kita tiada jarak
Kenangan terus kugali
Hingga waktu tak lagi gerak

Kulihat diriku di masa
Kutahu lidahku kelu
Sungguh ku ingin kau merasa
Meringkuk ragu aku malu

Belaianmu di kepala
Masih kurasa
Senyumanmu yang manis
Masih kuingat

Nakalmu di sekolah
Masih terasa
Malu kan lawan jenis
Masih teringat

Dan aku kembali
Dan kau tidak
Aku kembali
Kau tidak

LBIF18
Kamis, 090807 - 21.17

Sepanjang Jalan Kenangan

Sepanjang Jalan Kenangan

Kita selalu bergandeng rasa
Kita selalu bergandeng hati
Kita selalu bergandeng pikir
Kita selalu bergandeng ingatan

Dan sepanjang jalan kenangan
Kita kan lagi rajut kisah baru
Dalam gandeng atau
Dalam perahu yang berbeda

Kita begitu dekat
Begitu juga jauh

Dan kini saatnya memisahkan kedua makna
Berdiri maju melangkah ke depan saling pandang
Tersenyum lalu tertawa atau
Sedih lalu menangis

Aku menunggu-nunggu
Hingga darah jantungku tumpah ruah
Akan gemuruh jantung yg tak kuat tahan
Lajunya darah yang mengalir deras

Penuh harap
Satu harapan
Yang tertulis jauh di sana
Seberang lautan

1 September 2007
01.08 AM

In Memoriam Luciano Pavarotti

Rest In Peace, Dearest Luciano Pavarotti. (October 12, 1935 – September 6, 2007) Kanker pakreas dan dia telah melawannya beberapa lama.

Suaramu bak malaikat masih menggema di hati
Menggugah mendalam
Mendunia resonansinya
Bahkan belum sempat engkau redakan pesona
Lantunan melodi dari napasmu
Berakhir sudah hembusanmu
Menyisakan denging pilu di telinga
Menjadi sembilu menyayat hati
Selamat jalan
Bergabung dalam paduan suara
Para malaikat di surga
Bergelora sepanjang angkasa
Mengiringi langkah karya Sang Pencipta

06/9/2007

Bara Di Hatimu

Bara Di Hatimu

Kulihat engkau tergelak nyaris terselak
Sibak rambut yang terelus hembus angin
Desau alam hiasi barisbaris kembang semerbak
Lembut kau belai halus jiwaku yang dingin

Bila hangat yang kau bawa sekedar bara
Tak kan ku rela kau membasuh kaki depan pintuku
Biarlah kau di luar pergi tinggal aku terdera
Bara harapan palsu fana sementara lalu kembali beku

Namun kau masuk juga dan tak ku sadari
Kau hangatkan jiwaku dengan bara di hati
Bara yang menyala abadi di dalam sanubari
Kian menerangi seisi ruangruang hampa di hati

Inikah jawaban atas doadoa?
Inikah kekal abadi terjanji?

Menemani aku keluar dari kungkungan
Lihat angkasa lagi luas membentang
Lihat bumi yang tak lepas pertentangan
Menemani aku maju melangkah beriringan

Dan denganmu ku rela melangkah lagi
Menjejaki cela maki yang mengiringi waktu kita
Hanya denganmu tak kusenandungkan elegi
Baitbait kesedihan tak lagi perlu menyita arah kita

Karena cinta kita lah abadi
Kekal dan selamanya

untuk AKS-AP
LBI F/18 - 8/10/2007

Untuk Spica

SPICA

Membelalak
Seakan tiada pernah mau kau memejam
Tawaku tergelak
Saat kau gigit jariku dengan gigimu yang tajam
Kau lapar ya?
Kubawakan wortel favoritmu
Wortel yang kuning seperti warnamu
Warna yang bercahaya
Seperti bintang terbesar di rasi Virgo
Ya, Spica namamu
Kala waktu kau dan aku tapaki
Lewat satu purnama kau menemani
Entah bila kutemani
Bagai tak pernah tidur
Kau sambut penuh hasrat saat ku pulang
Kadang dari kandang kau kabur
Tapi kau tak bisa lari
Berlarian ke sana kemari
Dan kau hanya akan berada kembali ke belaianku
Lalu hingga kau kian tak lagi berdaya
Dan terpejam
Di kelam malam
Tinggalkan muram
Di hati yang tak berdaya lepas kau pergi
Bintangku
Tak lagi di sini menemani

LBI F/18
11/10/07

Cemburu 2

Cemburu 2

Bisakah saya tidak dilibatkan perkara
susur menyusur jejak langkah di tepi
pantai seputih Kuta semakna Lamalera
sesejuk Sanur ingin kau kembali resapi?

Kulihat baru juga satu kali Dewi Sri
naik ke dunia atas menerangi bulan
temui Artemis di langit menyendiri
diiringi merdu harmoni alunan gamelan

Pantun dan prosa yang terlantun
di malam ingin lagi kau ingat lalu
rekam di hati cipta lagi pantunpantun
tuk tanda mata tanda hati lantas tak tahu malu

Telah kusebar pasir jadi pantaimu
Telah kutuang air garam jadi lautmu
Telah kutimbun lembah jadi gunungmu
Telah kupoles langit jadi lembayungmu

Lanjutnya kok ada layanan tambahan?
Saya kerja gratis lho
Sukarelawan nan ikhlas budiman
Harusnya cukup sampai bait lalu

Selanjutnya kalian ukir sendiri dindingdinding
goa di sepanjang bukit pinggir laut akan
sastra lukisan cita rasa dan harapan bersanding
bersama rasa abadi oleh waktu tak lekang termakan

Dan biarkan aku di peraduan sendiri
Untuk cinta dan makna terus kucari
Sendiri ku kan tegap gagah terus berdiri
Mencari menunggu hingga kala ku mati suri

14/10/2007 - 11.20PM
LBI F/18

Cemburu

Cemburu

Aku ingin miliki
Kata yang mampu buat kau tergelak
Tertawa terbahakbahak

Aku INGIN MILIKI
Rasa bahagia yang bisa kubagi
Padamu pelantun elegi

BENERBENER PENGEN MILIKI
SENYUM TAWA KENANGAN MANIS
YANG SEMUANYA TUK BAHAGIAMU

... yang empunya orang

Misuhmisuh!
Gak terima!
Gak mau!

Dendam

Kubawa lengket di relung hati
Kelam jangan kau lihat
Apalagi coba mengintip

Jauhjauh dari MURKA
Pada siapa tiada lagi rasa segan
Biar saja kupendam ini duka

HITAM LEGAM MENCEKAM
ISINYA BURUK KOTAK PANDORA
YANG KAN SULUT API DI SEKAM

... kenapa, ratapku, bukan aku?

Dan aku hanya ingin teriak!
Tidak mau menerima
Ingin teriak hingga telinga pekak!

Ingin lahir lagi jadi dia
dia dia dia dia
dia dia
... dia

Aku ingin jadi senyummu
Aku ingin jadi tawamu
Aku ingin jadi pelipur laramu
Aku ingin jadi sumber bahagiamu

Demikian bahagiaku

14/10/2007 - 10.34 PM
LBI F/18
(Wanna be something everything for Bob Marley's Last Concert, but Tim Couch(was the WANTED one) did make the concert laugh whilst I couldn't.)

Lagi Ujian, Bengong

Saat bersua kamu
Ingin bumi hanya sepelempar batu saja
Saat pandangan kita bertemu
Ingin waktu cukup melambat saja
Saat kata terucap
Ingin ungkapkan rasa terdalam di sanubari
Saat kita saling mendekap
Ingin tidak lagi jelang esok hari
Saat bersamamu
Ingin cuma bersamamu

H102
24/10/2007

Asap Rokok Di Relung Laring

Asap Rokok Di Relung Laring

Hendak kamu hirup masuk jauh jauh
Dalam dalam alveolus jauh
Ke dalam sel kau rasuk lebih jauh
Ke jiwa dan lebih jauh lagi kau jatuh

Sel-sel merintih pedih perih
Sakitnya tak terperi saat kamu berseri
Kemudian berseri sedih kembali
Menjerit aku menangis jiwaku perih

Dan aku mati saat kamu tiada sadar
Saat jiwamu berlubang
Saat asap itu tinggal di sampingku
Mengundang

Kamu hirup lagi kemudian
Aku akan mati
Menyusul kamu
Tiada bersama

Asap rokok di relung laringmu
Yang kian gelap kotor
Merasuk kotor
Itu jiwamu

18/05/05
Didz

Pada Malam Itu

Pada Malam Itu

Bidadari membisiki sukma akan cinta
Ada bulan memancarkan refleksi
Dan bintang akan harapan doa
Di malam kami saling bersatu mengisi

Itu jiwamu yang kotor
Dan jiwaku yang keruh
Jiwa-jiwa saling mengeruhkan mengotorkan
Dan ada banyak jiwa berteriak bersorakan

Bidadari?
Cinta?
Dan kau kotorkan
Keruhkan jiwaku?

Kamu menghilang pergi
Dalam aku sesal terisak
Terjadi semua tiada kan kembali
Waktuku berdetak dan kamu

Kulihat bintang dan bulan
Mengingat refleksi sebuah malam
Ketika sorakan kemenangan kehidupan berdenging
Memekakkan telinga aku berlinang air mata

Setelah anugerah kehidupan
Hidup dan hadir menyita
Di tengah ikatan kami
Atas refleksi sebuah malam

13 April 2005
Didz

Yang Kamu Telan, Ombakku

Yang Kamu Telan, Ombakku

Desiran ombak itu tetap merdu sedia kalanya
Langitku cerah disinari mentari betapa agungnya
Awan-awan menghiasimu bagai kapas dirangkainya
Ah tiada kami dengar jeritan camar getar suaranya

Engkau tiba-tiba hilang bersembunyi
Kabur jauh mundur sejauh tiada kami bisa lihat jeli teliti
Berkahi ikan-ikan bagi para nelayan mereka bersorak sorai

Satu waktu engkau berikan pada kami seputaran jarum jam
Adanya kami tiada tahu isyarat engkau berikan sebelum kau hantam

Kami dengan amarahmu setinggi gunung menerpa semua hilang dariku ampunilah...

23/04/05 11.10AM
Didz

Engkau Sang Cahaya Bintang

Engkau Sang Cahaya Bintang

Oh, kasihku belahan jiwaku
Aku melayang terbang tak tentu arah
Sedalam-dalam cinta dalam diriku
Selami hidup padamu aku selalu berserah

Pasrahnya hidupku, oh, aku tersinari oleh cahaya
Damai sungguh aku terhembuskan dalam udara-udara
Sejuk dan tenang nyaman teduh engkau buatku percaya
Kasihku, betapa cintaku setinggi angkasa raya sedalam samudera

Kemudian aku menggapai sayapmu terbang
Tapi engkau menarikku, ah, sinarmu terang bersahaja
Awan laksana lapangan luas tempat kita mengisi ruang-ruang
Hatiku yang beku dan kini engkau hangatkan kala menyanyikan senandung senja

Ah, cintaku terbawa ombak berdebur di karang
Bahwa karang tiada pecah tapi kokoh selalu cintaku
Walau tersaput pasir dan debu hingga aku buruk engkau pandang
Sinarmu cahaya bintang berkedap-kedip menari dalam iringan sulingku

Tanpa pernah engkau pergi
Syukur kupuji langit dengan sorak-sorai
Kulupakan bait-bait elegi
Kutiup serunai dan itu damai


3/4 '05
Didz

Fire And Water

Fire And Water

Let me give you water
Let me give you fire
Elements of life but only those two
Because they flow and unstill
They're strong and yet gentle
They hold and support each other
They destroy and create each other
They're power of changes
Power of hope and dreams
Fire gives you light
Water gives you life
To walk the earth with clear directions
To reach the sky that full of imagination
I give you a spirit
Hot in ambition cool in action
As in fire and water that flow in you

Didz - 22-06-06

Tuesday, October 16, 2007

6 Juli 2006

Uluran Tangan

Satu saat kau menghindar
Lain saat kau mengejar
Setiap saat kau menyamar
Kali itu kau menyambar

Tanganmu kau ulur
Untuk ku kecup lembut
Anganmu kau kubur
Untuk ku gali hingga semaput

Entah kau ini yang mana
Siapa kau ini berada
Bagaimana kau berkelana
Arungi hati menembus dada

Uluran tanganmu tak berarti
Kukecup tanpa kau serap makna
Belaian puisiku jelas mati
Kau kecap hampa dan jiwa sirna

Ignas Praditya Putra
Kamis, 6 Juli 2006

26 Juni 2006

Yang membuat bete lagi adalah...

aku benci hari ini
geram ku dibuatnya
nestapa merasuk ke sini
ilalang menusuk tajamnya
tak pernah kusadari
ilalang begitu tajam
daunnya mengiris jantung peri
akarnya menggerus usus berjam-jam kejam
kepalaku pening
darahku berhenti
aku tak tahan dengar bising
tambah ku ingin saja mati
aku ingin mati
nestapa merasuk menghantui
gorok aku bawa aku ke dunia lain

IPP
Ignas Praditya Putra

15 Juni 2006

Sumringah

Sumringah
Keceriaan
Awalnya jengah
Tanya benarkah?

Kok bisa telepon itu berbunyi
menyampaikan suara yang kucari?
Ia bangunkanku dari sunyi
menghantarku ke lain mimpi.

Sadar aku bermimpi dalam luciditas
aku berusaha menjadi tuhan dalam mimpiku
Dan aku menjelma dalam mimpi
menjadi kenyataan

Tetapi sebagai tuhan dari mimpi
aku tidak bisa melangsungkan ini selamanya
Pastilah kan berakhir dan tiada lagi mimpi yang sama
Setidaknya demikian bolehlah datang mimpi yang mirip

Didz
15 Juni 2006

Sunday, October 14, 2007

Nostalgic Feeling

Satify smile rise on cheek.
Her voice is just like bless pour from sky.
I feel bliss.
A relieve breathe flow.
Head light.
Wide eyes open.
Excitement blash.
Adrenaline rush.
Nostalgic feeling came.
Not to be chased again,
but it's in our laugh on air.

30/07/2007

Lumpuh

Reflektif membuahkan simpati
Simpati menuntut rasa kemanusiaan,
keadilan, cinta kasih, dan perdamaian
Dan semua berkutat di wilayah rasa

Jarang orang keluar dari rasanya
Menciptakan asa
Yang kemudian ia wujudkan
Nyata dalam kenyataan

Kepala untuk ku berpikir
Hati untuk ku refleksi
Tangan untuk ku menyatakan
Saraf menyambung rasa dan asa

CIta-cita angan dan harapan
Sayangnya tanganku lumpuh
Masih merasa lumpuh
Masih dirasa lumpuh

- LBIF18, 19/07/07

Bila Aku Mendengar Suaranya

Bila aku mendengar suaranya
Kelak aku tak lagi kejar nyana
Gila aku bergetar terhenyak
Kilat menggelegar tak halanginya

Rasaku dibawa imajinasi
Asaku jumawa terimakasih
Resahku dibawa pergi
Desahku dan tawa masturbasi

Astaganaga

Betapa senangku tak terkira
Ratapan bayangku terdera
Kilapan bintangku menyala
Karapan sapi dalam pikiran

Bila aku mendengar suaranya
Aku merasa cukup sudah pencapaian
Persilakan aku rehat sejenak
Memaku tubuh di atas singgasana

Ku rela
Rela
Untuk suaramu
Ku rela

- LBIF18, 19/07/07 (dan seandainya aku bukan aku, dan waktu bukan waktu)

Ada Awan Di Langit

Kulihat kalau langit itu indah tanpa awan
Biru cerah
Matahari di sudut mata
membentuk biasan cahaya lewat sela bulu mata dan cairan mata
Warna-warni jadinya
Terkontur melengkung dan tidak bergeming
Tidak bisa diam
Butiran awan kecil akan mengisi kekosongan
penuh imajinasi yang terukir
Kalau ada hembusan angin membisikki relungan telingaku lebih asyik
Apalagi ditambahkan nyanyian gemerisik dedaunan
di antara pohon-pohon yang saling berjajaran di atas rerumputan tebal
ilalang bunga liar dan belukar
Kalau ada hujan itu akan menyejukkan kepalaku
mulutku dan wajahku serta ragaku
Jiwaku pun tenang damai

LBIF18 - 17/07/07

Selamat Hari Lahir, Anak Haus

Ya anak haus
Bukan haus air
Bukan haus belaian wanita maupun pria
Bukan haus siang haus siang, itu mah lagu Meteor Garden
Namun haus akan sesuatu yang sebenernya gak akan pernah bikin haus

Sinar matahari terus saja terang benderang
Panas bahkan
Mari hanya sebut hangat, agar anak di hati pikiran

Angin masih berhembus sejuk
Mengalir mengisi ruangruang kosong suhu dan tekanan lebih rendah
Menyisir setiap ruang yang tak mungkin tak kau bisa jamah

Dan pohonpohon masih hijau kuning menyala
Disinari matahari
Mengayun dihembus angin

Burungburung menari
Simponi melodi nyanyian alam menggema lirih
Berrsonansi di lekuk relung telinga

Awan menjadi penonton
Dan aku hanyut seperti awan
Sungai coklat pun telanjang pasrah dan ikut benyanyi

Rasa ku lengkap penuh kau isi
Tapi kosong ini bukan main
Jauh di dalam lubuk hati itu ada satu kekosongan

Kemudian ada setetes embun yang menyejukkan
Ada secercah pelita menerangi
Dan ada tunas penuh harapan tuk hidup seketika timbul

Kurawat dan kusiram dalam kalbu
Merambat
Menjalar

Menggerogoti hatiku
Ke jantung
Ke paruparu

Keluar ke usus
Lewati lambung
Muncul dari dalam mulutku

Mengikat kepalaku
Tercekik
Terkekang

Penyesalan hanya berlalu
Tak guna
Buang simpan saja

Akarnya kucabut
Kutanam di halaman
Jadilah tamanku yang indah

Lagi

-LBIF18, 16/07/07

29/06/2007

300m tak terasa

waktu tak terasa

hati merasa

satu saja lain terbang

biar hati senang

satu mengerang

29/06/2007
Tentang Sahabat 300m

Atman Dalam Diriku

Tuhan ada dalam diriku
bersemayam
menunggu kita mengikis habis angkara murka,
amarah, dan nafsu dari dalam diri
Hingga akhirnya aku akan bersatu dengan-Nya

Ya Tuhan, sungguh pantaskah diriku nan kotor ini
Menjadi bahkan sekedar alas kaki Kau pijak?

11/04/2007

Tuhan Berkata Pada Setan

Tuhan Berkata Pada Setan

Hai kalian semua para Setan yang Aku kasihi
Kemarilah ke sini lihatlah Aku Tuhan-mu
Bicara setelah Anak buat kamu jemu
Camkan dan capkan ini di dahi

Kutukan pada anak-anak-Ku yang Kukasihi telah terbayar lunas
Oleh darah yang mengalir di kayu salib Anak Manusia yang akan kembali
Ampunan terhadap kutukan pada Adam dan Hawa dan keturunan-Nya tak lagi perlu
dibeli
Karena Anak Manusia rela sengsara lalu mati demi menebus dosa-dosa manusia
hingga kini lunas

Namun bukan itu berarti tugas kamu telah berakhir
Justru kamu akan kuberikan kuasa yang lebih besar
Untuk menggoda manusia yang telah merasa bebas

16/12/2006

Tersesat

Tersesat

Tersesat aku di relung-relung dalam gelap rumitan otak
Terbawa lelah kucapai jalan ke labirin lain di hatimu
Sebelum aku sadar hatiku retak
Aku ingin segera bertemu

Namun aku tersesat dalam kebingungan hati
Ketidaksinkron isi kepala dan isi dada
Hingga segala rasa yang kubawa mati
Tak lagi sigap akan di mana kamu berada

Lantas aku jatuh lagi dalam lubang yang sama
Yang sama dari sejak aku mengenal lubang yang sama
Dalam keterperosokan aku tidak mau berlama-lama
Lupakan atau tidak tiada bisa putuskan kenangan lama

Akhirnya aku tersesat dalam kenangan, realitas, imajinasi, impian, dan keinginan
Aku tersesat dalam ketidakpastian batas-batas di dunia mana aku hidup
Aku tersesat dalam kebekuan hati dan pikiran yang menggetargigil kedinginan
Dan aku tak kan pernah bisa keluar dari bayangmu hingga mataku kini kian redup

Senin, 11 Des 2006
LBI F/18
(hormon membuncah)

110 Kilometer Per Jam

110 Kilometer Per Jam

110 kilometer per jam tidak cukup
Untuk meninggalkan jiwaku yang retak di belakang
Untuk menyeka air mata dengan angin dan debu
Untuk menekan seluruh tubuhku agar aku lupa tekanan di dada

Ingin kutinggalkan semua rindu dendam ini di belakang
Tapi 110 kilometer per jam tidak cukup cepat melaju
Ingin kubuang semua rasa ini
Tapi 110 kilometer per jam tidak cukup

Tidak cukup...

Jumat, 1 Desember 2006, 11.46 PM
LBI F/18

23/11/2006

Aku membutuhkan garam
karena aku bukanlah garam
Dalam hambarku aku membutuhkan sebuah rasa
yang akan memperkaya hidupku

Selain itu janganlah garam kau mengendap
Aku kan jadi beras dalam tempurungmu
Selain bahagia karena selalu bisa bersamamu
Aku pun selalu bisa berguna sebagai peganganmu

23/11/2006

Natrium Chloride

NaCl

Itulah kamu bagaikan garam

Telah terbuai aku oleh manisnya gula
gurihnya aroma enzim alinase
asamnya askorbat
pahitnya Camellia sinensis

Hambar terlupa

Hingga kau datang
Mengasinkan kembali rasa
Mengingatkanku bahwa tanpamu aku hambar
Tanpamu aku tenggelam di Laut Mati

Ignaz
10/10/06
Terinspirasi oleh ceritaku.

( Dedicated to... bilang gak ya? =P Atau suatu hari saja kuberikan?
Untuk sementara, Dedicated to Garam. =] )

05/10/2006

I am a man who shall live in poetry and prose.
Reality is absurd.
Imagination is absolute.

Sabarlah, Waktu

Sabarlah, Waktu

Ah, akhirnya pagi
Aku lama menanti
Ini hari yang kutunggu
Telah kubuang hari lalu

Bukan percuma
Bukan tak berharga
Namun aku tak sabar
Menunggu berdebar-debar

Tik tik tik tik
Waktu berjalan kala ku menerawang
Andai awan atau langit dapat kupetik
Untuknya, andai ku dapat tembus ruang

Kemudian kala itu datang
Hatiku riang gembira
Ah rasanya senang
Ah dapatkah hatiku bersuara

Ku berbicara dan kami tertawa biasa
Andai hatiku dapat sunggingkan senyum
Berarti ia pun dapat pahami rasa
Berarti bukanlah maklum

Hei, waktu, mengapa kini telah gelap?
Apa kau terburu-buru?
Sudah lelahkah? Mengantukkah?
Bukankah baru saja kala itu tiba?

Sabarlah, waktu
Tak tahukah telah kunanti lama?
Apakah tersinggung hatimu
Saat ku buang dirimu demi ini kala?

Senyumnya melemah
Waktu, kau buatnya pun lelah bersamamu?
Mengapa?
Aku tak minta banyak

Hanya cukup bersabar sebentar?
Waktu?
Waktu?
Kau... telah lelap?

Kala berikutnya
Ia tak di sini
Waktu
Telah lelap...

Esok
Kala yang lain

Didz - 19 Agustus 2006 - 02.37 AM

Untuk Kau Dan Bayangan Kau

Bayanganmu kekal tampaknya
Artinya kau hidup selalu dalam terang cahaya
Kau bebas bercengkrama dengannya
Dan ia pun tidak akan meninggalkan kau

Entahlah kalau aku datang
Apakah menjadi cahaya di arah yang lain
Hingga tercita bayangan baru
Atau menjadi kegelapan

Tampaknya kedua pilihan bukan terbaik
Aku pun hanya bisa menunggu
Menunggu kau menyalakan lampu
Untuk menghapus bayangan kau

Lalu kau dapatkan cahaya baru
Yang adalah aku
Namun tetap aku ragu
Cahaya atau kegelapan kah aku

Didz, 19 Agustus 2006, 02.11 AM

My Dearest Obsession

My Dearest Obsession
How I need you
How I miss you
How I desperate for you

Battery for my brain
Breeze for my soul
Warmth for my heart
Greatest view for my eyes
Heavenly melody for my ears
Pure clear air for my lungs

Drop me question
And smile answers
No need for word or sigh
Heart connected in no speed

17/07/2006

Untuk Nicole, membalas puisinya waktu itu

For Cole

Ya
Kita berdua saling terbang menjauh
Jiwa terpisah
dan
Raga kita pun tiada saling kasat
Hingga kian sulit aku merengkuhmu
Atau bahkan sekedar mengecup lembut punggung tanganmu

Namun satu
Kutahu
dan kuyakin
Bahwa pita yang mengikat kita semua tak kurasakan putus
(Sejak dahulu pita melambangkan ikatan kasih)
Dan itu belum putus
Dan niscaya tidak akan putus

Selama aku masih dapat mengintaimu lewat cermin
Begitupun kamu masih dapat mengintai aku lewat cermin

Apa yang ingin kulihat
Apa yang ingin kau lihat
Kita sama-sama jauh
Dan sama keinginan
Sama kerinduan
Kerinduan yang tidak akan lekang oleh waktu dan jarak

Ya
Kita akan berjalan bersama lagi
Kala rindu kita lepas bersama
Dan senyum kita merebak bersama mekarnya bunga-bunga
Itu damai
Aku menunggunya
Menantikannya selalu

Percayalah

11/03/2006 9.47PM

13 Februari 2006

13 Februari 2006

bunga liar sendiri dan kesepian
dua pasang belalang membawa kupu-kupu bertemu bunga liar
mereka berempat bermain bersama2
hingga akhirnya dua pasang belalang pergi menjelajahi dunia
dan kupu-kupu juga pergi mencari bunga lain yang lebih indah dan wangi
bunga liar sendiri dan kesepian
hari ini bunga liar melihat dua pasang belalang bermain-main di rerumputan
kupu-kupu berada jauh di taman lain
tapi entah di mana
bunga liar sendiri dan kesepian
dia berharap seorang anak gadis mencabutnya dan merangkainya di meja makannya
agar dia mati dengan indah
dan berguna tentunya

13/02/2006
pertama kali dimasukkan dalam blog friendster perdana Didz, "Ultimate Loneliness"